Pada hari Senin, 19 April 2021, Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Bunda Mulia kembali menggelar UBM Masterclass dengan tema “UBM Masterclass in Filmmaking with Hanung Bramantyo” pertemuan ketujuh via Zoom Meeting. Kali ini Hanung Bramantyo membahas mengenai director statement dan analisis skenario yang akan menjadi modal untuk syuting.
Director statement berisi tentang alasan seorang sutradara menyutradarai sebuah film, perasaan yang ingin disampaikan sutradara kepada penonton melalui film, tantangan yang dialami sutradara, inspirasi dalam membuat film, cerita tentang pengalaman hubungan kerja dengan aktor/aktris alasan mengapa mereka cocok memerankan peran yang diberikan, juga pengalaman bekerja dengan crew yang memiliki satu visi, peralatan syuting yang digunakan, kesesuaian film dengan skenario, jadwal pembuatan film, sumber dana, dan sebagaimana penting pengalaman membuat film ini bagi karier sang sutradara. Pentingnya director statement digunakan ketika nanti pers akan menanyakan mengenai film tersebut, penting bagi mahasiswa yang ingin mengangkat film tersebut sebagai judul skripsi, dan juga sebagai bahan pertimbangan lolos dalam Film Festival. Nyawa dari film itu sendiri tergantung dari sutradara yang dapat dituangkan dalam director statement.
Setelah penjelasan mengenai director statement, dilanjutkan dengan analisis skenario. Analisa skenario dilakukan secara scene per scene. Dalam analisa skenario, setiap scene memiliki key message yang merupakan pesan yang akan ditangkap penonton ketika telah menonton scene tersebut. Juga dituliskan tokoh yang berperan, mood adegan dan property. Dengan adanya analisa scenario, akan memudahkan produksi dan memberikan gambaran dengan jelas kepada tim produksi, crew, dan aktor/ aktris.
Setelah analisa skenario masuk ke dalam penjabaran director’s shot. Director’s shot berisi type of shot yang meliputi wide shot, full shot, close up, medium close up, medium shot. Director’s shot juga terdapat camera angle yang meliputi high angle, eyes angle, dan low angle. Selain angle, camera juga dapat diposisikan berdasarkan levelnya, kamera menangkap gambar secara lurus di posisi high level, eyes level dan low level. Angle camera juga dapat diposisikan secara ekstrem pada high angle dan low angle. Selain itu, camera juga dapat bergerak secara pan right/left, tilt up/down, track right/left, crane up/down, circle track, steady movement, hand held, swing right/left. Bahasa ini harus disepakati bersama oleh sutradara, director of photography dan seluruh crew.
Perlu juga adanya moodboard dan pallete agar memiliki gambaran warna yang sama mengenai suasana dan mood yang ingin di tangkap. Moodboard tersebut juga harus disiapkan scene per scene. Kemudian, setelah semua sudah disiapkan, mulai masuk ke tahap technical recce (dibaca reki), yaitu tim datang langsung ke lokasi syuting dan mengambil shot-shot berdasarkan analisis skenario yang telah dibuat. Jika ternyata lokasi tidak memungkinkan untuk mengambil shot tertentu, bisa diganti, dikurangi atau ditambah. Kemudian sutradara harus membuat floor plan, yaitu gambaran posisi kamera, aktor/aktris dan posisi objek. Dari shot-shot tersebut akan tergambar menjadi sebuah storyboard. Hal ini penting untuk disiapkan sebelumnya agar saat selesai syuting, semua adegan sudah bisa tergambar dan disepakati oleh semua tim produksi, crew, hingga aktor dan aktris. Selain itu, tahapan ini juga membuat waktu yang dihabiskan untuk proses syuting menjadi lebih efisien.
Pada pertemuan ketujuh ini, sesi tanya jawab berlangsung dengan aktif dan informatif. Kegiatan UBM Masterclass in Filmmaking with Hanung Bramantyo kali ini banyak memberikan edukasi dan masukan yang sangat penting mengenai pekerjaan sutradara dalam pre-production di industri perfilman. Diharapkan agar mahasiswa ke depan nantinya dapat belajar menjadi sutradara dan menghasilkan film yang sesuai dengan gagasan dan pesan yang ingin disampaikan pembuatnya.
“Universitas Bunda Mulia, Bridging Education To The Real World!”