Data Science adalah cabang ilmu yang meroket popularitasnya di era digitalisasi seperti sekarang ini. Data Science sendiri merupakan sebuah ilmu yang penerapannya sudah tidak diragukan lagi di berbagai bidang Industri guna mengolah Big Data (data besar dan kompleks). Kebutuhan akan praktisi yang mahir di bidang pengolahan Big Data sangatlah tinggi, namun sayangnya belum diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
Merujuk opini terkait data dan peranan besarnya dalam pembangunan yang dikemukakan oleh Direktur Kelompok Data Pembangunan Bank Dunia, Haishan Fu, dimana data pembangunan berkualitas tinggi adalah dasar untuk pembuatan kebijakan yang berarti, sumber daya yang efisien, dan penyampaian layanan publik yang efektif. Namun sangat disayangkan bahwa meskipun teknologi sekarang memungkinkan kita untuk menggali lebih banyak data dan penggunaan data yang lebih luas, masih banyak ruang kosong di peta data global. Tentunya hal ini wajib disikapi dengan cermat, dan mulai mengisi kekosongan tersebut dengan mendukung literasi data dan berinvestasi dalam kapasitas SDM secara global untuk mengubah data menjadi hasil kebijakan yang memiliki dampak positif guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Indonesia saat ini menurut pernyataan Semuel Abrijani, Dirjen Aplikasi Komunikasi Kominfo, masih membutuhkan banyak sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang Sains Data untuk memaksimalkan pengolahan data oleh perusahaan. Profesi Data Scientist saat ini menjadi profesi yang sedang diminati dan menjadi primadona di era digital saat ini khususnya pada Industri Data yang banyak digunakan perusahaan rintisan sebagai nilai perusahaannya. Survey IBM memperkirakan kenaikan kebutuhan sebanyak 364.000 data scientist menjadi 2.720.000 di seluruh dunia pada pembukaan tahun 2020, dan diperkirakan sepanjang tahun 2020 akan dibutuhkan 700.000 lulusan Sains Data.
Lebih lanjut terkait kebutuhan SDM dalam kompetensi di bidang Sains Data, pada Selasa, 8 Juni 2021 lalu Mentri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani dalam dialog Lomba Bedah Data APBD, DJPK Kemenkeu menyatakan bahwa pihaknya kini sedang membahas tentang pengadaan jabatan fungsional ilmuwan data (data scientist) untuk lingkungan Kementerian Keuangan. Dan guna mendukung hal ini Sri Mulyani juga meminta kepada direksi salah satu sekolah tinggi negara di Indonesia untuk menambah kurikulum terkait dengan data analitik. Hal ini jelas membuktikan kebutuhan akan praktisi yang mahir di bidang pengolahan Big data (data besar) sangat tinggi, namun sayangnya belum diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.Menilik rendahnya ketersediaan SDM yang mumpuni secara global, sebagai salah satu Institusi pendidikan terkemuka di Indonesia, Universitas Bunda Mulia ingin memahami lebih lanjut gambaran minimnya peminat data science di dunia pendidikan khususnya di Indonesia. UBM berusaha untuk melihat respon dari pelajar di Indonesia mengenai serba serbi Data Science dan pembelajarannya.
Untuk mendapatkan kesimpulan yang menyeluruh, kami melakukan metode survey melalui telepon.
Elemen yang ingin diketahui ialah:
Sehingga untuk memperoleh data-data tersebut, ditetapkan kriteria pemilihan responden survey ialah siswa-siswi kelas 12 SMA peminatan IPA dan SMK penjurusan TKJ wilayah Jabodetabek