Apa yang terlintas di pikiran anda tentang kekerasan jurnalis perempuan Indonesia? Webinar Atamerica membuka diskusi terbuka di channel Youtube atamericaa. Pada Rabu (25/11), 148 mahasiswa Ilmu Komunikasi UBM Serpong turut mengikuti rangkaian acara Webinar “The Growing Challenges for Women in Journalism”.
Acara ini disuguhkan dengan kehadiran narasumber yang sudah ahli di dalam bidangnya. Sebut saja seperti Endah Lismartini (AJI Indonesia), Olha Mulalinda (FJPI Papua Barat), Gilang Parahita (Gadjah Mada University), dan Virginia Gunawan (Voice of America). Ke-empat narasumber ini memiliki pasang surut tersendiri dalam mengamati problema kekerasan jurnalistik Indonesia. Bahkan, Yeyen Rostiyani juga berhasil memoderasi webinar sepanjang acara dengan mengundang ketertarikan penonton untuk melihat paparan data-data kasus kekerasan seksual jurnalis perempuan.
Berdasarkan laporan dari Endah Lismartini mengutarakan bahwa kekerasan fisik, pelarangan liputan, sensor atau pelarangan pemberitaan, terror atau ancaman kekerasan, perusakan data liputan, dan doxing merupakan kekerasan yang pernah dialami oleh jurnalis perempuan Indonesia. Inti pembicaraan itulah yang menarik perhatian peserta umum, terutama Mahasiswa Ilmu Komunikasi UBM Serpong, untuk melontarkan pertanyaan seputar topik pembicaraan.
“Harapan saya untuk para jurnalis perempuan, semoga mereka lebih waspada dan hati-hati dalam menjalankan tugas peliputan dan apabila kejadian tersebut sudah terjadi pada dirinya jangan ragu dan takut untuk untuk melaporkan ke pihak berwajib atau mungkin ke FJPI,” ujar Delano, mahasiswa aktif semester 1 prodi Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia.
Tidak hanya Delano saja yang mendapatkan pembelajaran dan harapan untuk jurnalis perempuan, Cindy, mahasiswa aktif semester 1 prodi Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia juga mendapatkan pembelajaran lebih ke arah kesadaran orang-orang terhadap kenyataan yang ada, dimana terdapat hierarki didalamnya. Kinerja yang dilakukan jurnalis perempuan juga tidak lebih buruk dibanding dengan jurnalis laki-laki, namun sangat disayangkan jika jurnalis perempuan harus menerima perlakuan dari orang-orang yang berbeda.
Tantangan menjadi seorang jurnalis perempuan memang sangat berat terlebih lagi dari segi mental harus mereka tahan akan kekerasan dan pelecehan yang sering mengintai mereka. Upaya dari perlindungan pers dan undang-undang juga media telah banyak membantu keamanan dari para jurnalis perempuan untuk menemukan keadilan bagi si korban jurnalis tersebut. Tapi tidak dapat menutup kemungkinan kejadian itu terulang, setidaknya sudah ada upaya perlindungan dari negara dan teman-teman media sendiri.
“Universitas Bunda Mulia, Bridging Education To The Real World!”
##