UBM, Jakarta – Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) serta Universitas Bunda Mulia (UBM) menjalin kerja sama untuk mengadakan Webinar (Web Seminar) dengan menghadirkan tiga pembicara yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi dari masing-masing universitas. Webinar yang diadakan pada Jumat lalu (9/4/2021) mengangkat tema pembahasan “Online Journalism dan Kekerasan Media”.
Melihat keterbatasan dalam situasi pandemi saat ini tidak menghalangi motivasi dari ketiga dosen untuk mengamalkan ilmunya kepada mahasiswa di UNIMMA. Webinar yang dimoderatori oleh Prihatin Dwihantoro, S.Sn., M.I.Kom dimulai dengan pemaparan materi dari Annis Azhar Suryaningtyas, S.I.Kom., M.I.Kom selaku Dosen Ilmu Komunikasi dari UNIMMA.
Annis memberikan pemaparan materi terkait karakteristik jurnalistik online yang merupakan salah satu topik utama dari webinar ini. Dalam pemaparan materinya Annis juga menjelaskan perspektif kekerasan media yang dirasakan oleh para wartawan atas produk jurnalistik yang mereka hasilkan. Beberapa data statistik jumlah kasus kekerasan beserta contoh nyata yang dirasakan jurnalis media lokal juga turut disampaikan oleh Annis.
“Publikasi yang dianggap ancaman berpotensi menimbulkan kekerasan pada wartawan atau media,” ujarnya.
Satu lagi informasi yang disampaikan dengan menarik, perihal kekerasan media yang saat ini bahkan sudah masuk ke dalam ranah dunia daring dengan bentuk tindakan berupa peretasan akun, media seluler bahkan hingga email. Beberapa media besar yang sudah mengalami kekerasan secara online ini diantaranya adalah Tempo dan Tirto.
Sesi pemaparan materi dilanjutkan oleh penyampaian materi dari Yohanes Probo Dwi Sasongko SS. M.Pd., M.I.Kom. yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi UBM. Yohanes memaparkan materi terkait bagaimana media mengemas bahasa dan membungkus realitas yang ada dengan gaya serta bahasa masing-masing jurnalis. Karakteristik bahasa pers yang menjadi poin informasi dari pembahasan ini antara lain, pemilihan diksi yang tidak berbelit (Sederhana), pembahasan yang langsung ke pokok permasalahan (Singkat), menyusun informasi dengan elegan dengan memanfaatkan tata penyusunan kalimat atau paragraf (Jelas), informasi yang tidak memiliki penafsiran yang beragam (Padat), serta membuat konten-konten yang mengunggah dengan judul menyentil (Menarik).
“Jurnalis sebagai garda terdepan untuk menyampaikan sebuah peristiwa, mereka jembatan informasi sehingga jurnalis perlu untuk menyampaikan berita secara menyeluruh,” ungkap Probo, nama panggilan akrab untuk Yohanes.
Pemaparan terakhir disampaikan oleh Dosen Ilmu Komunikasi UBM kedua yang menjadi pembicara pada webinar ini yakni, Teguh Hidayatul Rachmad S.I.Kom., M.Si., M.A. Materi yang dibawakan antara lain etika jurnalistik, media violence dan media criticism. Berbeda dengan pembahasan Annis sebelumnya yang membahas kekerasan media dari perspektif dampak terhadap media, maka pemateri terakhir ini mengambil sudut pandang kekerasan yang disebabkan oleh media itu sendiri. Sebelum memulai presentasinya Teguh menceritakan histori dari penerapan regulasi pers yang ada di Indonesia, mulai dari zaman kedatangan Belanda hingga era kemerdekaan pers saat ini.
“Berita dibuat sebagai komoditi yang menciptakan keuangan bagi media itu sendiri, sehingga media dapat menjadi lebih subur,” tuturnya ketika menyampaikan materi terkait media violence. Media tidak lagi menghayati pesan humanity dan hanya berkiblat pada rating. Bentuk kekerasan media dapat dibingkai dengan mengangkat isu bullying, terorisme, bencana alam serta demo dan tawuran. Kekerasan pada akhirnya dimanfaatkan dalam perspektif kapitalis demi keuntungan pribadi media itu sendiri.
Berakhirnya pemaparan materi dilanjutkan dengan diskusi dua arah, dimana para peserta aktif bertanya mengenai peran media baik itu dilihat secara kelembagaan maupun fungsinya kepada ketiga pembicara. Foto bersama menjadi penutup dari rangkaian webinar hasil kerjasama kedua universitas ini. Informasi yang disampaikan dalam webinar ini diharapkan dapat membuka sudut pandang baru bagi pelaku yang sudah dan akan bergelut di ruang redaksi agar bisa memandang, menjalankan dan memanfaatkan media dengan bijak.
“Universitas Bunda Mulia, Bridging Education To The Real World!”