Oleh: Wenny Kezia Johanna
Jakarta, Prodi Ikom, 24/05/2018 – Salah satu acara pada rangkaian acara Communication Summit (COMMIT) 2018, yaitu Festival Film: Screening dan Diskusi Film berlangsung dengan meriah telah diselenggarakan meriah pada Senin (23/4) . Bertempat di ruang kelas Lab Radio dan TV Universitas Bunda Mulia (UBM) Ancol, acara ini menghadirkan Deny Setiawan sebagai narasumber yang akan berdiskusi bersama para peserta perihal proses pembuatan film.
Deny menyampaikan bahwa perbedaan antara film dokumenter dengan jenis film lainnya adalah motivasi untuk membuat film itu sendiri. Jika film lain mengandalkan imajinasi dan karangan fiksi seorang penulis, justru film dokumenter dilandasi oleh motivasi seseorang untuk melihat kemudian prihatin terhadap masalah yang sudah ada, lalu dituangkan dalam bentuk gambar ataupun video.
Dimoderatori Bernard Realino Danu Kristianto, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UBM, kegiatan diskusi ini juga diselingi dengan penayangan beberapa film dokumenter hasil karya komunitas lokal, Yayasan Kampung Halaman. Ada tiga film yang ditayangkan, yakni: Ahu Parmalim, Karatagan Ciremai, dan Miang Meng Jakarta (baca: Aku Ingin ke Jakarta).
Ketiganya menyoroti masalah-masalah di berbagai wilayah. Uniknya, Ahu Parmalim dan Karatagan Ciremai mengangkat masalah tentang agama yang dianut penduduk setempat yang belum diakui pemerintah. Film dokumenter tersebut mengajak penonton untuk mengenal lebih jauh serta mengapresiasi keyakinan yang mereka anut, sebab mereka percaya keyakinan tersebut adalah warisan dari para leluhur.
Setelah pemutaran film, para peserta diajak untuk membuat skenario sebagai langkah awal memproduksi film dokumenter. Tips sederhana dari Deny, ide dapat dating dari mana saja, termasuk masalah sehari-hari yang sering terjadi, seperti soal transportasi umum, kemacetan Ibukota, fenomena makanan yang sedang viral, dan lainnya.
Acara pun ditutup dengan pernyataan singkat Deny tentang pentingnya film dokumenter. “Film dokumenter adalah salah satu jalan terbaik untuk bisa mengangkat suatu masalah kemudian menyuguhkannya ke depan orang banyak, sehingga mereka bisa turut prihatin pada masalah tersebut”, tuturnya. (WKJ/SPA)