Oleh Tristin Hartono
Jakarta, Prodi Ikom, 18/04/2017 – Kuliah umum bertemakan “Changing Perceptions Through Media and Digital Diplomacy” yang dibawakan oleh First Secretary of Media and Strategic Communications, Australian Embassy, Laura Kemp, telah berhasil dilaksanakan pada Selasa (11/4) lalu.
Acara yang dihadiri ratusan mahasiswa jurusan ilmu komunikasi UBM ini diselenggarakan di The UBM Seminar Room (TUSR), mulai pukul 11:30 hingga selesai. Dengan moderator Lasmery Rosentauly Maissallinya Girsang S.IP., M.SI., acara berlangsung dengan tertib dan rapi yang selanjutnya diakhiri dengan sesi tanya jawab dari peserta.
Membahas tentang bagaimana peran media sosial sebagai platform yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, hal ini dapat dijadikan “senjata” untuk menciptakan perdamaian dan keharmonisan hubungan antara Australia dengan Indonesia. Menurut Laura, akan lebih baik jika Indonesia dan Australia dapat saling bergandengan dalam mewujudkan perdamaian.
Kemp menjelaskan bahwa selain Australia dan Indonesia, Amerika Serikat telah terlebih dahulu menggunakan digital diplomacy (e-diplomacy) sebagai alat bernegosiasi dengan masyarakatnya, khususnya dalam “perang” melawan organisasi teroris, ISIS.
“Also, when they’re trying to put out their messages to other countries, perhaps to Russia, that they want to make it (the problems) clear, they might actually do that in a tweet, or in Instagram, or in another social media,” jelas wanita yang pernah meraih beasiswa sarjana di Indonesia ini mengenai penggunaan e-diplomacy melalui media sosial.
Tak hanya masyarakat sipil, tapi e-diplomacy juga dilakukan oleh para pemimpin negara. Mereka menginginkan adanya penggunaan media secara positif (melalui informasi kenegaraan yang disebar), penyebaran pesan langsung, dan mereka juga berharap agar setiap pengguna dari seluruh dunia dapat melihat, sehingga itulah yang disebut dengan diplomasi menurut Laura Kemp.
Disisi lain, menurut Sekprodi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISH), Lasmery, kuliah umum ini bertujuan agar generasi muda yang nantinya akan terlahir dari almamater UBM memiliki kepekaan terhadap isu-isu, terutama politik yang sedang terjadi di dunia luar.
“Kalau saya, sih, mengharapkan bahwa, ya, melek politik, lah. Kalo dengan membaca referensi atau buku mungkin terlalu jenuh, nah, kita datangkan expert sehingga bisa berdialog langsung mengenai isu-isu yang mereka lihat dipemberitaan media,” ujarnya.
Untuk kedepannya, UBM mengharapkan adanya kerja sama lebih lanjut, seperti program kerja magang, khususnya bagi mahasiswa jurusan Public Relations (PR). Melalui kuliah umum ini juga, UBM telah merealisasikan satu langkah nyata untuk meningkatkan kualitas lulusannya bahkan hingga mampu berkarir dijenjang internasional. (TH/RA)