Pada hari Rabu, 28 Mei 2019 Program Studi Bahasa dan Budaya Tionghoa menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Chinese Department Role in Indonesia”. Tema ini diangkat sebagai tema dari kuliah umum dengan harapan mahasiswa program studi Bahasa dan Budaya Tionghoa dapat mengetahui peranan Bahasa mandarin di Indonesia dan juga dapat mendengarkan sharing narasumber mengenai lingkungan kerjanya.
Dalam kuliah umum kali ini, Program Studi Bahasa dan Budaya Tionghoa mengundang alumni dari Program Studi Bahasa dan Budaya Tionghoa UBM angkatan 2016, Desy Yanti, untuk menjadi narasumber. Beliau bekerja di Taiwan Economic & Trade Office Inonesia sebagai asisten Kepala Polisi Taiwan. Dalam pekerjaannya, Kak Desy juga pernah menjadi penerjemah bagi petugas kepolisian Taiwan yang bekerja sama dengan polisi Indonesia dalam kasus pengrebekan penjahat-penjahat dari Taiwan yang menyelundupkan obat-obatan terlarang ke Indonesia.
Kepada mahasiswa, Kak Desy membagikan wawasannya seputar pengalamannya selama bekerja menjadi asisten Kepala Polisi Taiwan yang bertugas di Indonesia, dimulai dari awal dirinya bekerja, menghadapi kesulitan ketika dia menemukan berbagai macam istilah hukum yang tidak dia mengerti, sampai pencapaian besar yang berhasil diraihnya. Kak Desy juga mengatakan kepada mahasiswa untuk tidak berhenti mengembangkan kemampuan diri, karena di zaman sekarang belajar bahasa Mandarin saja tidak cukup menunjang kemampuan kita dalam bekerja nantinya. Akan ada istilah-istilah khusus pada suatu bidang yang akan muncul ketika seseorang bekerja menjadi penerjemah, seperti istilah kedokteran, istilah yang berhubungan dengan hukum, ekonomi, dsb.
Peserta kuliah umum kali ini terdiri dari 91 mahasiswa serta 5 dosen program studi Bahasa dan Budaya Tionghoa. Para peserta sangat tertarik dan antusias dalam mendengarkan wawasan yang diberikan oleh kak Desy selama 1,5 jam di UBM Premiere Classroom. Mahasiswa juga menggunakan kesempatan dalam sesi tanya jawab dengan baik, dengan mengungkapkan beberapa kesulitan yang ditemui ketika menerjemahkan beberapa dokumen, yang juga berhasil dijawab dengan baik oleh narasumber.
Kegiatan ini ditutup dengan pemberian penghargaan kepada narasumber yang diberikan oleh ibu Symphony selaku Kaprodi Bahasa dan Budaya Tionghoa. Mahasiswa, dosen, dan narasumber juga berfoto bersama sebagai pengingat betapa seru dan menyenangkannya sharing pada siang hari itu. Mahasiswa berhasil mendapatkan ilmu baru, dan juga suntikan keberanian untuk mempelajari hal-hal baru untuk menunjang kemampuan berbahasa Mandarin.
Kuliah umum ini merupakan salah satu bentuk keseriusan dari Universitas Bunda Mulia untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperluas wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja. Juga sekaligus mendorong mahasiswa untuk lebih mengembangkan diri lagi, karena kegiatan ini juga membuka mata para mahasiswa bahwa kemampuan berbahasa Mandarin sangat dibutuhkan Indonesia sekarang ini, tentu jika hal itu juga didukung dengan pengetahuan yang lebih luas lagi. Go Biemers!